Archive for 2015
Masjid Al Mansyur: Aksi Nekat di Atas Menara Demi Kemerdekaan
Masjid Al Mansyur dengan menara yang jadi saksi sejarah |
Dengan lihai saya
memiringkan badan ke kanan ke kiri. Pinggul pun kadang saya putar beberapa
puluh derajat agar bisa berkelit di antara gerombolan manusia yang lalu lalang.
Tak ketinggalan kerap kaki saya angkat sebelah guna hindari lindasan ban sepeda
motor yang tak punya mata itu.
Kawasan Pasar Mitra di
Jembatan Lima, Jakarta Barat ramai seperti biasanya. Sore ini, beberapa
pedagang kaki lima sudah mulai menggelar lapaknya, makin menambah kusut kondisi
jalan. Barisan mobil merayap pelan, mengular hampir satu kilometer panjangnya.
Asap dari knalpot
mengapung di udara membawa jutaan partikel karbon dan timbal. Zat berbahaya ini
kemudian masuk ke paru-paru dan membonceng darah ke setiap urat tubuh. Efek
buruknya memang tidak langsung terasa, tapi beberapa tahun kemudian jika asap
itu rutin masuk ke badan akan menurunkan daya tahan tubuh hingga kualitas
sperma!
Ibu-ibu di dalam angkot
warna biru muda tak peduli. Semua sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri
sambil mendekap sayuran yang menyembul dari kantong plastik warna hitam.
Sedangkan ibu-ibu yang lain duduk cekikikan di dalam mobil berpendingin udara
sambil gesit menekan layar telepon genggam. Tampaknya ada percakapan seru
dengan orang di seberang sana.
Lain lagi dengan para pengendara
motor yang melaju lincah mencari celah untuk lolos dari kepadatan ini. Karena
gaya mengemudinya yang sembrono, kendaaran beroda dua ini sering menyerempet
mobil pick-up yang sedang mengisi muatan di pinggir jalan. Maka, keluarlah
sumpah serapah dari sopir pick-up. Empunya motor tak peduli, dengan santai ia
melenggang seakan tak terjadi apa-apa.
Hampir saja saya limbung
di tengah kesemrawutan ini. Untung bau khas sayuran yang bertumpuk-tumpuk di
pelataran toko membawa aroma segar. Kontras dengan kondisi jalan yang sumpek.
Yang paling saya suka adalah bau bayam dan sawi yang diikat rapi dijejer
sedemikan rupa. Bongkahan tanah pun masih sedikit menempel di akarnya. Pasar ini
memang salah satu pusat sayur-mayur di Jakarta. Sayuran yang didatangkan dari
perkebunan di sekitar Jakarta menampilkan semarak warna-warni. Hijaunya sawi,
merahnya cabe dan tomat, putihnya bongkahan kubis, sampai ungunya terong.
Di keramaian yang riuh
rendah itu berdiri Masjid Jami Al Mansyur. Terletak di Jalan Sawah Lio, agak
tersembunyi dari jalan raya. Masjid ini hampir tidak punya pekarangan lagi
kecuali sepetak di bagian samping. Itupun sebagian besar dipakai sebagai
pemakaman, saung peristirahatan dan kebun tanaman obat.
22 Nov 2015
Posted by Yulian Ma'mun
Puasa Plastik
Emergency!
Darurat!
Sepertinya
tak ada lagi tempat untuk memperoleh makanan yang aman dari zat berbahaya.
Kabar adanya bakso, kikil, tahu, ikan asin dan kolang-kaling yang tercemar
formalin saja sudah bikin deg-degan. Sekarang beras, makanan mahapenting
bagi rakyat Indonesia sudah bercampur plastik! Jangan-jangan di masa depan semua
yang kita makan nanti terbuat dari plastik. Manusia pun tidak terdiri dari
darah dan daging, tapi setengah robot seperti Arnold Schwarzenegger dalam film
Terminator.
Hasil
laboratorium menunjukkan bahwa beras yang dilaporkan oleh seorang ibu dari
Bekasi, Jawa Barat positif mengandung plastik PVC. Jenis plastik ini kuat dan
elastis, digunakan untuk membikin pipa ledeng.
28 Jun 2015
Posted by Yulian Ma'mun
Ramadhan Pertama
Ramadhan Pertama
Ini sahur pertamaku,
Ketika pagi masih teramat buta
Gerlap gumintang saling sahut
Menemani di antara sunyi
Isi ceruk lambung dengan gumpalan berkah
Ini puasa pertamaku,
Menelusuri liku lapar dahaga
Genggam kendali kelima indra
Ini tarawih pertamaku,
O, alangkah syahdu tilawah sang imam
Melafal kalam Penguasa alam
Aku pun di sana
Berada di antara shaf-shaf surgawi
Mengharu malam
Memetik berbaris ampunan dari langit bermalaikat
Menuai rahmat dari sujud ke sujud
Ini Ramadhan pertamaku,
Ditemani desau angin bulan September aku
Mencari secercah petunjuk
Merintis penciptaan diri yang baru
***
Cuaca panas dan kering.
Kemeriahan Ramadhan kota Cairo membuat saya melupakan bahwa saya terasing di sebuah di bagian utara benua Afrika. Di bantaran sungai Nil, semua menyambut dengan suka cita bulan berkah ini.
Suara imam yang syahdu mengudara dari masjid-masjid yang gemerlap. Entah kenapa orang Arab yang biasanya susah diatur dan keras kepala menjadi ramah bukan kepalang. Jutaan kasih sayang memantul di antara dinding apartemen-apartemen berdebu.
Saya yakin, saat itu para malaikat sedang menjinjing rahmat dari istana surgawi.
Puisi ini saya tulis saat saya sedang bergaul dengan teman-teman penggiat sastra. Mungkin saat itu malaikat sedang menepuk jidat saya dengan percikan ilham.
Teman saya Mas Eka Tanjung yang merupakan penyiar radio Indonesia di Amsterdam membacakan puisi ini saat siaran.
Design: Sampul Pedoman Manajemen Resiko
Desain ini menggunakan desain kotak berwarna-warni yang terletak secara ketupat. Gambar itu merepresentasikan sebuah kubus rubik, mainan teka-teki mekanis yang sedang digandrungi anak muda (dan dewasa). Filosofinya adalah sebagai simbol aneka resiko yang timbul dalam kegiatan perusahaan. Apabila ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan pola yang indah di mata.
Begitulah. Galih yang meminta saya secara khusus mendesain untuk buku pedoman yang disusunnya itu manggut-manggut. Sepertinya dia mengerti maksud saya.
Begitulah. Galih yang meminta saya secara khusus mendesain untuk buku pedoman yang disusunnya itu manggut-manggut. Sepertinya dia mengerti maksud saya.
Kacamata Macan
Selepas menyantap nasi kotak sesudah
pengajian, kami berlima duduk lesehan di lantai ruang pertemuan lantai 4.
Ruangan ini multi fungsi karena juga dipakai sebagai tempat shalat berjamaah.
Serta merta Pak Edi mengeluarkan kotak
kacamata dari sakunya. Sebuah kacamata baca yang sering jadi bahan candaan kami
karena motifnya yang unik. Bingkai kacamata itu bermotif belang macan! Bahkan kotaknya
yang terbuat dari kulit sintetis pun loreng-loreng.
“Motif macan itu seperti bikinan desainer
terkenal lho Pak. Cocok sama selera Ivan Gunawan,” seloroh saya menyebut nama desainer
yang sering nongol di TV itu. Ivan memang terkenal dengan karya-karya fashion
yang eksentrik.
Kartu Pos Tiba di Seberang
“Hello Yulian,
I received your beautiful postcard. Thank you very much!
My best wishes to you
Holger”
I received your beautiful postcard. Thank you very much!
My best wishes to you
Holger”
Kartu pos pertama saya di komunitas Postcrossing telah tiba di Jerman. Pagi tadi saya menerima email pemberitahuan bahwa kiriman saya sudah sampai. Kartu pos yang saya kirim berasal dari Museum Bank Indonesia yang menampilkan ruang pamer museum yang terletak di Jakarta tersebut.
Kartu pos ini menempuh jarak antar 2 benua sejauh 11.019 km selama 32 hari.
Batuk Bukan Penyakit
Sambil
membetulkan letak kacamatanya yang melorot di atas hidung, Pak Dokter menyuruh
saya membuka mulut lebar-lebar sambil menjulurkan lidah. Dokter keturunan
Tionghoa ini tetap ramping di usianya yang sudah 50 tahunan. Rambut lurusnya
disisir belah pinggir ala Jackie Chan dalam film Spy Next Door.
Rongga mulut
dan tenggorokan saya disorot dengan senter kecil yang selalu siap di sakunya.
Selama beberapa detik saya berusaha untuk tidak menghembus nafas lewat mulut.
Bisa gawat kalau Pak Dokter keracunan gas berbahaya dari mulut saya. Padahal sebelum
berangkat saya sudah sempatkan menyikat gigi. Ditambah pula berkumur dengan cairan
mouthwash berwarna hijau toska. Namun saya masih belum terlalu yakin
kalau sisa-sisa petai bekas makan siang tadi, sudah tuntas dari sela-sela gigi
saya.
Indonesia (Juga) Punya Museum Nasional
Status gedung putih
berpilar enam tiang klasik di teras utamanya ini tidak main-main: Museum
Nasional. Dengan kata lain gedung yang terletak di Jalan Merdeka Barat, tepat
di seberang Monas tidak jauh dari Istana Negara ini adalah museum utama negara Indonesia. Dialah yang menyimpan koleksi
sejarah peradaban negeri ini. Derajatnya setara dengan Rijksmuseum Amsterdam, Museum
Nasional Tokyo, Louvre di Prancis atau Cairo Museum empunya mumi Fir’aun.
Museum Nasional
Republik Indonesia (selanjutnya disebut Mu-Nas) janganlah ditanding dengan
Louvre yang jadi latar belakang kisah novel the Da Vinci Code. Museum di
jantung negeri Prancis ini adalah museum paling banyak pengunjungnya di dunia yaitu
9 juta orang per tahun! Ia memuat mahakarya adiluhung para maestro seperti
Leonardo da Vinci, Michelangelo, Velázquez, Eugene Delacroix dan para sinuhun lainnya.
Sistem keamanannya ultraketat. Konon seekor lalat pun harus pikir-pikir dulu
untuk sekadar menghinggapi lukisan Mona Lisa yang ada di dalamnya.
Sedangkan Mu-Nas
sempat kehilangan koleksinya baru-baru ini. Tepatnya bulan September 2013 silam,
empat artefak emas purbakala raib dicoleng maling. Belum jelas siapa pelakunya,
tapi pihak berwajib mencurigai ada oknum orang dalam museum yang terhubung
dengan penadah barang antik curian.
16 Mar 2015
Posted by Yulian Ma'mun
Jangan Sembarang Berdendang
Seorang gadis kecil, saya taksir usianya sekitar 7-8 tahun memakai gaun warna merah muda. Rambutnya hitam bergelombang sebatas pundak, sedangkan sebaris rambut lainnya membentuk poni menutup dahinya yang berwarna kuning langsat. Manis sekali berdiri di atas panggung, persis matryoshka, boneka kayu khas Rusia yang bundar dan imut itu.
Adik kecil ini begitu percaya diri
menghadapi ratusan pasang mata yang menyorotnya di loby utama sebuah
pusat perbelanjaan. Cuek saja, seakan orang-orang yang
menontonnya bukan manusia tapi jejeran
gelondongan kayu di halaman rumah pedalaman Baduy. Sebuah mikrofon tergenggam
erat di kedua tangannya. Mata bulatnya melirik lucu ke arah seorang ibu muda
yang duduk paling depan. “Mama, kalau aku juara lomba ini, beliin boneka ya,”
mungkin itulah arti lirikan itu.
27 Feb 2015
Posted by Yulian Ma'mun